BPS Kulon Progo akan melakukan sensus penduduk. Semua warga didata, termasuk orang gila dan gelandang atau tuna wisma namun dengan metode beda.
Sensus penduduk dilakukan secara menyeluruh terhadap semua warga, termasuk di dalamnya orang gila, gelandang atau tuna wisma yang ada di daerah masing-masing. Tentu metode sensus yang dilakukan berbeda dengan warga pada umumnya.
Langkah ini sebagai bagian Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melakukan Sensus Penduduk 2020 yang akan dilakukan pada pekan ini. Program nasional tersebut, akan dimulai dengan tahapan pengisian data secara mandiri dengan mengisikan data kependudukannya melalui situs sensus.bps.go.id mulai tanggal 15 Februari hingga 31 Maret 2020.
Sebagai antisipasi adanya penduduk yang mengalami kesulitan dalam pengisian online tersebut, BPS sudah menyiapkan tahapan lanjutan yaitu sensus wawancara pada bulan Juli mendatang. Seluruh penduduk baik yang telah mengisi data secara online atau belum akan didatangi oleh petugas sensus penduduk dalam rangka pendataan.
Orang tua dengan usia lanjut dan tidak memungkinkan untuk mengisi datanya secara online, juga akan didatangi. Tidak hanya itu, orang gila maupun gelandangan juga tetap akan didata oleh petugas.
Kepala Badan Pusat Statistik Kulon Progo Sugeng Utomo mengatakan, untuk para tunawisma tersebut akan didata pada waktu-waktu tertentu, di pertengahan bulan sensus tahap kedua. Petugas akan masuk ke tempat yang diperkirakan menjadi tempat singgah mereka, seperti di kolong jembatan atau pun di pasar.
Khusus bagi gelandangan tersebut, petugas sensus akan menggunakan metode yang berbeda dengan sensus yang diberikan kepada orang yang memiliki tempat tinggal. "Tidak wawancara, namun hanya dilihat jenis kelamin, jumlah, dan perkiraan umurnya," ucap Sugeng Utomo, Selasa 11 Februari 2020.
Sugeng menjelaskan, hal lain yang diperkirakan akan berpengaruh pada Sensus Penduduk 2020 adalah keberadaan Yogyakarta International Airport di Kulon Progo. Keberadaan YIA dapat mempengaruhi tren mobilitas penduduk di Kulon Progo.
Tidak wawancara, namun hanya dilihat jenis kelamin, jumlah, dan perkiraan umurnya.
Petugas di bandara tersebut tidak hanya diisi oleh warga Kulon Progo, namun juga datang dari luar kota. Pada tahun 2010 lalu, jumlah penduduk Kulonprogo mencapai 388.869 jiwa dan dipastikan terjadi penambahan pada tahun 2020 ini. "Yang terpenting adalah seluruh penduduk dapat terdata," tutur Sugeng.
BPS Kulon Progo akan bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kulon Progo dalam sinkronisasi data kependudukan. Mengacu pada pernyataan Presiden Joko Widodo, kesimpangsiuran data dari kementerian dan lembaga menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pelaksanaan kebijakan pemerintah.
Atas dasar itu, sensus penduduk 2020 harus diikuti oleh seluruh warga agar pemerintah memiliki dasar kuat dalam penentuan kebijakan. "Sensus Penduduk mengarah pada pembangunan manusia. Misalnya ada data jumlah siswa, maka akan diketahui berapa guru yang harus ditambah pemerintah. Hal ini penting dan menyangkut berbagai sektor," ujar Sugeng.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan (PIAK) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kulon Progo, Tri Aryani, mengatakan, bahwa data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kulon Progo akan dipakai di Sensus Penduduk 2020. "Harapannya, satu data kependudukan bisa tercapai untuk memudahkan pengambilan kebijakan pemerintah," ungkapnya. (https://www.tagar.id/)