RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama beberapa pekan terakhir telah merawat enam pasien suspect virus Corona atau COVID-19: 5 orang negatif dan satu masih pemeriksaan.
Selama beberapa pekan terakhir Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta telah merawat enam pasien suspect infeksi virus Corona atau COVID-19. Dari enam pasien tersebut, lima orang dinyatakan negatif dan satu lagi masih dilakukan pemeriksaan. "Kalau dirawat itu masuk kriteria pengawasan [suspect Corona] di sini ada enam pasien. Lima pasien lama dan satu pasien baru. Untuk lima pasien sebelumnya itu hasilnya negatif COVID-19," kata Ketua Tim Airborne Disase RSUP Dr. Sardjito, Ika Trisnawati, Selasa (3/3/2020).
Dari lima pasien yang telah dinyatakan negatif Corona itu, empat di antaranya merupakan warga negara asing (WNA) asal Cina, dan satu warga negara Indonesia (WN). Semuanya telah diizinkan pulang termasuk empat WNA yang telah kembali ke negaranya. “Satu WNI dalam kondisi baik sampai dengan saat ini jadi tetap dinyatakan sehat dengan hasil negatif. Artinya secara klinis baik," kata dokter spesialis paru tersebut. Sementara itu, satu pasien baru yang baru dirujuk ke RSUP Sardjito kemarin masih dalam pemantauan. Pasien perempuan berusia di atas 60 tahun tersebut saat ini dirawat di ruang isolasi sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terkait dugaan infeksi Corona. Ika menjelaskan pasien tersebut baru saja pulang ibadah umrah dari Arab Saudi dan tiba di Yogyakarta 1 Maret 2020.
Pasien tersebut kemudian di rujuk ke RSUP Dr Sardjito pada 2 Maret 2020 dan masuk kategori pengawasan karena terdapat gejala batuk dan demam. Namun terkait apakah itu betul gejala Corona atau tidak, kata dia, hal itu baru dapat diketahui setelah keluar hasil laboratorium dari Jakarta. "Pasiennya memang sedang kami awasi dan kemungkinan banyak sekali. Kalau kemungkinan [infeksi] virus wabah atau Corona itu ada pada kemungkinan paling akhir. Kalau kemungkinan yang paling dekat adalah infeksi paru akibat lanjut usia," kata dia. Sejauh ini RSUP Dr Sardjito telah melakukan kesiapan dalam menghadapi pasien suspect Corona.
Setiap penanganan pasien suspect Corona kata Ika menggunakan standar yang telah ditentukan oleh World Health Organization (WHO). Sesuai dengan ketentuan, kata dia, terdapat empat kelompok pasien dalam penanganan Corona. Peratama adalah kelompok yang perlu dipantau yakni pasien yang punya gejala, tapi tidak ada riwayat kontak dengan orang yang diduga kena Corona. Kedua adalah pengawasan yakni bagi pasien yang memang ada kontak dengan orang yang diduga kena Corona dan pernah melakukan kontak dengan orang tersebut. Kelompok ketiga adalah pasien yang terkena Corona jenis lain selain COVID-19. Kemudian kelompok terakhir adalah penanganan terhadap mereka yang memang telah positif dinyatakan terinfeksi COVID-19. Ika mengatakan pada intinya ada dua hal yang dilakukan dalam penanganan Corona, yakni pengawasan dan pemantauan. Pemantauan adalah pada kasus yang tidak ada gejala infeksi paru-paru. Tetapi kalau pengawasan adalah kasus dengan ada gejala. "Kalau tidak ada gejala, maka dia diisolasi di rumah karena dia ada risiko dari daerah endemis jadi di rumah sampai 14 hari. Kalau ada keluhan bisa periksa kembali," kata Ika.
Sementara untuk pasien dengan kriteria pengawasan, kata dia, maka dilakukan rawat inap di ruang khusus tersendiri sampai terbukti berdasarkan hasil laboratorium apakah negatif atau positif Corona. Namun pada dasarnya baik pasien kategori pengawasan atau pemantauan, kata Ika, sama-sama dilakukan tes laboratorium untuk membuktikan apakah mereka positif atau negatif Corona. (https://tirto.id/)