Desa wisata beserta atraksi buatan dinilai bisa menjadi penyelamat sektor pariwisata Kulon Progo di masa depan.Hal ini untuk mengantisipasi munculnya kejenuhan para pelancong terhadap wisata berbasis panorama alam. Saat ini, mayoritas destinasi wisata yang ada di Kulon Progo memang menjual panorama alam sebagai suguhan utamanya.
Sejalan dengan tren gaya hidup alami (back to nature) yang ada, objek wisata alam sekarang ini memang masih menjadi primadona lokasi jujugan para wisatawan. Namun, pada masa tertentu, kondisi itu bukan tak mungkin akan menemukan titik jenuhnya. Untuk itulah, Dinas Pariwisata Kulon Progo tengah gencar menumbuhkembangkan desa wisata beserta daya tarik buatan.
"Panorama alam saat ini masih jadi daya tarik utama wisata. Titik jenuh wisatawan pasti ada sehingga untuk mengatasinya kita mulai menggerakkan desa wisata yang tidak hanya mengandalkan panorama alam tapi juga menjual potensi masyarakatnya," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kulon Progo, Nining Kunwantari, Minggu (1/12/2019).
Pihaknya menyadari, adanya Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta status Kulon Progo sebagai pendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur membuat pariwisata wilayah ini sangat potensial.
Ini sekaligus menjadi tantangan bagaimana menghadirkan pariwisata yang benar-benar menarik dengan pengembangan seluruh potensi lokal yang ada di tengah masyarakat. Adapun saat ini Kulon Progo memiliki 38 detinasi wisata baru yang bermunculan meski sebagian besar masih mengandalkan wisata alam.
Nining mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan beberapa pengelola desa wisata dan melatih mereka untuk peningkatan kapasitas dan potensinya. Nilai edukasi menjadi poin lain yang akan ditawarkan kepada wisatawan sehingga mereka tertarik untuk mendatangi desa-desa wisata. Potensi lokal tentu saja menjadi tulang punggung utama desa wisata itu dan dikembangkan jadi sebuah kekhasan tersendiri. Seperti misalnya, kampung batik di Lendah. "Ketika suatu waktu pasar jenuh berwisata alam, kita bisa mengalihkannya ke desa wisata. Tidak sekadar menikmati alam tapi juga ada pemberdayaan. Itu potensial dan banyak yang bisa dijual. Pastinya akan ada atraksi wisata buatan lainnya sebagai daya tarik," kata Nining.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Dinpar Kulon Progo, Yudono Hindri Atmoko hal lain yang bisa disuguhkan kepada wisatawan adalah dengan menghadirkan konsep wisata budaya. Misalnya dengan menggali dan mengembangkan legenda atau cerita rakyat setempat sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan.
Di Kulon Progo menurutnya banyak terdapat cerita rakyat ataupun legenda yang kisahnya bisa diangkat untuk menarik kunjungan wisata.
"Kiskendo itu lekat dengan legenda Sugriwa Subali, Lendah dengan kisah Kyai jangkung, Tuk Mudal yang jadi bagian dari peringatan Waisak, hingga Pule Payung yang konon ada petilasan Sunan Kalijaga. Ini sedang kita kumpulkan dan coba garap. Harapannya, pengunjung bsia sekalian belajar budaya seperti karawitan dan tari sehingga bisa tinggal lebih lama," kata Yudono. (tribunjogja.com)