Upaya penanganan stunting atau kekerdilan tengah digencarkan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Di antaranya melalui pengembangan padi varietas Inpari IR Nutri Zinc yang diklaim mampu menangkal stunting.
Demonstration Plot atau demplot varietas padi ini sudah digelar pada lahan seluas 4.000 meter persegi di wilayah Kalibawang. Pada akhir Desember 2019 lalu, demplot yang ditanam mulai September itu berhasil dipanen dengan menghasilkan 2,8 ton padi atau diperkirakan mencapai 7,8 ton per hektare.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Aris Nugraha mengatakan, angka panenan itu bahkan berada di atas rata-rata capaian tingkat gabah kering panen (GKP) kabupaten yang hanya 6,5 ton per hektare.
Pihaknya akan meluaskan lagi pengembangan varietas Inpari IR Nutri Zinc itu pada lahan seluas 12 hektare di 12 kecamatan dengan bantuan 300 kilogram benih dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPP) Sukamandi, Jawa Barat.
"Penanaman akan dilakukan mulai bulan ini. Varietas ini cocok dikembangkan di Kulon Progo,"kata Aris, Minggu (5/1/2020). Varietas Inpari IR Nutri Zinc ini diklaim memiliki kandungan zinc 34,51 ppm berdasarkan riset Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BKTP) Yogyakarta. Kandungan itu bahkan disebut jauh lebih tinggi dibandingkan varietas padi lainnya. Hal itu menjadikannya bisa digunakan menangkal potensi stunting pada tumbuh kembang anak.
Atas hal ini, Aris mengatakan bahwa padi hasil panenan dari varietas tersebut akan didistribusikan melalui gabungan kelompok tani (gapoktan) yang menjadi penyuplai bantuan pangan non tunai (BPNT) ke warung elektronik (e-Warong) Gotong Royong Kelompok Usaha Bersama Program Keluarga Harapan (KUBE PKH). Dari situ, beras disalurkan ke keluarga penerima manfaat (KPM) yang rawan stunting.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan instansi lain semisal Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) serta Dinas Kesehatan. Adapun kerjasama pengawalan teknis benih dilakukan bersama BBPP Sukamandi, BPTP DIY, dan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih DIY. "Harapan kami ke depannya, kelompok tani bisa jadi produsen utama benih ini sehingga persoalan stunting tertangani,"kata Aris.
Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan, hasil panenan akan didistribusikan kepada kelompok masyarakat rentan tertentu untuk pencegahan stunting. Di antaranya pada ibu hamil dan remaja putri. (https://jogja.tribunnews.com)