Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terdiri dari 184 kelompok dari berbagai lokasi guna menyalurkan bahan pangan dalam Program Sembako yang disebut Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). KWT yang tersebar di 12 kapanewon ini telah menyuplai sayur mayur ke E-Warong, guna memenuhi kebutuhan 49.184 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Masing-masing KPM berhak memperoleh sayuran dari produksi KWT yang meliputi sayuran dengan jenis terong, kacang panjang, buncis serta labu siam, dengan nominal Rp7 ribu per bulan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonpogo, Aris Nugraha, Senin (17/2/2020) mengatakan keterlibatan KWT dalam program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan konsumsi sayuran KPM dan meningkatkan pendapatan keluarga KWT. Dia pun berharap melalui pemberdayaan ini, bisa menjadi batu lompatan bagi KWT untuk dapat memasarkan produk sayurannya lebih luas.
"Seiring kemajuan pembangunan di Kulonprogo dapat menerobos pasaran yang lebih luas,ā€¯katanya. Salah satu KWT yang dilibatkan dalam program ini yakni KWT Anggrek Asri, Menggermalang, Gerbosari, Kapanewon Samigaluh.
KWT dengan anggota sejumlah 33 wanita tersebut, sampai saat ini terus aktif menyalurkan 285 paket sayur untuk 284 KPM di sejumlah E-Warong di wilayah Samigaluh. Ketua KWT Anggrek Asri, Eka Prita Isnuari, mengatakan keikutsertaan kelompoknya dalam program ini memiliki manfaat yang cukup ampuh untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Selain itu, dia menambahkan bahwa dengan program ini bisa menjadi peluang untuk memperluas pemasaran produk-produknya.
"Yang jelas ada kesempatan buat kami memperluas pasar, selain itu bisa meningkatkan perekonomian karena selain dikonsumsi sendiri, hasil panen yang berlebih sekarang bisa dijual ke E-Warong," ujarnya. Walaupun demikian, di balik berbagai manfaat yang didapatkan mereka selama ini, Prita mengakui bahwa KWT-nya masih mengalami sejumlah kendala.
Salah satu diantaranya terkait minimnya lahan untuk ditanami sayuran, karena selama ini KWT yang dipimpinnya hanya mengandalkan lahan pekarangan rumah sebagai lokasi bercocok tanam. Bahkan tidak dapat dipungkiri, hal tersebut membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sayur mayur untuk program tersebut.
"jumlah sayur yang kami tanam belum dapat mencukupi permintaan pasar saat ini, sehingga kami harus bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tanin yang berada di wilayah Samigaluh," ungkapnya. Namun untuk mengantisipasi hal itu, mulai bulan ini, KWT Anggrek Asri mencoba untuk menanam sayur mayur di lahan persawahan. (tribunjogja.com)