Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) turun drastis di beberapa Puskesmas di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Penyakit dengan gejala batuk, pilek, disertai demam, mirip gejala Covid-19 ini dalam 3 bulan terakhir diketahui mengalami penurunan yang cukup drastis.
Di wilayah Kapanewon Panjatan, menurut catatan Puskemas Panjatan II, kasus ISPA pada awal tahun sebanyak 178 kasus.
Kemudian naik menjadi 224 kasus pada Februari dan mencapai puncaknya pada Maret 2020 dengan 292 kasus.
Kepala Puskesmas Panjatan II, Renny Lo, Rabu (3/6/2020) menyampaikan seiring pandemi dan maraknya kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kasus ISPA mendadak turun jadi 90 kasus pada April lalu.
“Bulan Mei lalu, kasus ISPA juga mengalami penurunan. Tren ini bahkan merambah ke total seluruh kunjungan ke puskesmas yang juga menurun,” katanya.
Menurutnya banyak faktor yang diyakini dapat mempengaruhi penurunan ini.
"Perubahan beberapa kebiasaan masyarakat dalam menerapkan PHBS diyakini sebagai salah satu faktor utama," ungkapnya.
PHBS merupakan semua perilaku kesehatan yang didorong oleh kesadaran pribadi. (https://jogja.tribunnews.com/)
Banyak bentuk perilaku dan kebiasaan di dalamnya.
Renny mengungkapkan, pengetahuan masyarakat untuk menjalani PHBS diyakini semakin meningkat.
Menurutnya saat ini masyarakat sudah rutin mencuci tangan dengan air mengalir, mengonsumsi makanan bergizi dan bervitamin, hingga olahraga.
Belum lagi didukung etika batuk dan bersin yang etis, penggunaan masker, hingga pengaturan jarak sosial antar orang.
"Faktor-faktor tersebut yang kemungkinan mempengaruhi penurunan kasus ISPA di sini," tururnya.
Sementara itu, Puskesmas Wates di Kalurahan Bendungan juga mencatat penurunan kasus ISPA.
Penyakit dengan gejala batuk, pilek, disertai demam ini biasanya belalu berada di ranking 3, namun saat ini mengalami penurunan.
“Terdapat 284 kasus ISPA pada Maret. Kasus ini turun menjadi 128 kasus di April, lalu 39 kasus pada Mei lalu,” kata Kepala Puskesmas Wates, Eko Damayanti.
Eko juga mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat cenderung melakukan upaya sendiri untuk sembuh.
"Masyarakat banyak yang beralih ke ovay maupun jamu tradisional akhir-akhir ini. Namun, perubahan kebiasaan juga membuat jumlah penyakit ini turun," katanya.
Sebenarnya, lanjutnya, penerapan PHBS misalnya cuci tangan dan pakai masker bisa berpengaruh pada penularan ISPA.
"Selain itu efek stay at home juga berpengaruh, sehingga penularan ISPA bisa ditekan karena tidak banyak lagi orang berkumpul seperti di sekolah hingga kantor,” tuturnya.
<!-- [if gte mso 9]><xml>