You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan KALIGINTUNG
Kalurahan KALIGINTUNG

Kap. Temon, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

Sugeng Rawuh Wonten Ing Kalurahan Kaligintung Kapanewon Temon Kabupaten Kulon Progo -- >

Anak Kampung yang Taklukan Dunia dengan D'Tech Enginering

Administrator 01 November 2019 Dibaca 1.453 Kali

KALEM, bicara dan senyumnya hanya sedikit. Itulah kesan pertama bagi yang belum mengenal lebih dekat sosok Arfian Fuadi, ahli designer engineering yang karyanya telah mendunia. Tapi, kesan itu akan berubah drastis jika ngobrol lebih lama dengan founder D’Tech Enginering ini. Ternyata, Arfian Fuadi adalah kawan berbagi cerita yang asyik. Hanya saja, siap-siap jika ia banyak menggunakan istilah teknis yang kita tidak paham, tapi tidak perlu khawatir, Mas Arfian -begitu ia akrab disapa- akan menjelaskan dengan sabar dan detail.

Pria kelahiran Salatiga, 2 Juli 1986 ini, bukan sarjana lulusan luar negeri, bukan juga seorang sarjana ilmu komputer di universitas ternama, tetapi ratusan karya inovatifnya telah berhasil menembus pasar internasional. Karya-karyanya tersebar ke berbagai perusahaan di Asia, Eropa dan Amerika.

“Di Indonesia juga ada, tapi hanya sedikit, bisa dibilang dari 100 pesanan, 99 nya asing, dari dalam negeri hanya 1. Kami pernah menerima pesanan dari PT. INKA untuk mendesign kereta api untuk diekspor ke Filipina. Jadi sebagian besar langganan kami dari perusahaan asing,” tutur Arfian.

Rasanya tak percaya memang jika ahli design enginering ini hanya lulusan SMK. Tapi begitulah adanya, Arfian adalah lulusan SMKN 7 Semarang tahun 2005 silam. Namun, pendidikan yang terbatas bukan kendala untuk terus berkarya. Bermodal kemauan dan tekad yang kuat, ia belajar secara otodidak dan berani bersaing dengan negara-negara maju.

 

“Harus berani bermimpi dan berani berkompetisi,” tuturnya, ketika ditanya apa yang membuat karya-karyanya sukses mendunia.

Arfian memang tak asal bicara. Dia berkali-kali berhasil menjadi jawara di ajang kompetisi internasional, mengalahkan doktor dan ahli perusahaan penerbangan. Di tahun 2017, dia mengikuti kompetisi tingkat dunia yaitu Global Challenge. Pada saat itu Alfian dan timnya membuat alat untuk menginspeksi bagian dalam mesin jet. Dalam kompetisi ini Arfian berhasil mengalahkan 700 peserta dari berbagai negara

Pada 2013 Arfian juga mengikuti kompetisi tingkat dunia. Dia berhasil menjadi pemenang dalam perlombaan 3D Printing Challenge dengan desain jet engine bracket, yang diselenggarakan General Electric (GE), perusahaan teknologi Amerika Serikat yang didirikan oleh ilmuwan Thomas Alfa Edison. Dan masih banyak kompetisi internasional lainnya yang membanggakan.

Fokus pada tujuan dan menghargai setiap proses yang dijalaninya membuat Arfian yakin menetapkan bidang 3D design enginering sebagai konsentrasinya. “Dari keyakinan tersebut, kami langsung belajar otodidak aplikasi CAD, perhitungan meterial dengan FEA (finite element analysis),” jelasnya. Arfian pun menuturkan jika ia membutuhkan proses yang tidak sebentar untuk mewujudkan mimpi besarnya.

Lulus SMKN 7 Semarang tahun 2015, Arfian sebenarnya sempat kuliah, namun berhenti di tengah jalan karena kendala biaya. “Saat itu saya sempat kuliah di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) tapi hanya mampu bertahan dua semester karena ketebtasan ekonomi,” pungkasnya.

Meski begitu, Arfian yakin pasti ada jalan lain yang bisa dilakukan untuk terus mewujudkan mimpi besarnya. “Bersyukur meski dalam kondisi yang sebetulnya sulit, impian saya semakin tidak terbendung untuk terus maju dan mendirikan D’tech Engineering. Aapalagi usia juga masih sangat muda saat itu dan saya merasa pikiran saya cukup ekstrem untuk seusia saya,” katanya

CIMB Niaga

Hingga pada akhirnya, 4 tahun kemudian Arfian memberanikan diri untuk mendirikan D’tech Engineering, tepatnya pada 9 Desember 2008. “D-tech adalah representasi kebutuhan kami untuk terus berkarya yang bisa dimanfaatkan untuk khalayak atau masyarakat, bangsa, negara serta semua umat manusia. Dan sampai sekarang saya masih terus bersyukur karena Dtech masih terus berkembang,” paparnya.

Saat ini, D’Tech Enginering memiliki 30 karyawan yang dikelola dengan sistem profesional. Menariknya Arfian mempekerjakan karyawannya tidak melihat latar belakang pendidikan. Tidak heran jika sebagian besar karyawannya yang berkantor di kediamannya di Salatiga adalah lulusan SMK di wilayah sekitar. D’Tech juga terbuka bagi siswa maupun mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Di tengah kesibukannya, Arfian masih menyempatkan diri untuk memberikan pelatihan gratis kepada mereka yang ingin belajar tentang design engineering yang digelutinya. “Ilmu tak akan akan habis jika dibagi, justru akan membuat kita semakin menguasai ilmu yang kita miliki. Saya senang jika semakin banyak yang mempelajari teknik ini karena akan menciptakan kompetisi baru, sehingga posisi Indonesia semakin kuat di pasar global,” jelasnya.

Tidak Mudah untuk mendapatkan Mimpi Besar Itu

Perjalanan Arfian menuju kesuksesan memang tidaklah mudah. Dulu ia harus banting tulang membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai cuci cetak foto. Dia juga pernah bekerja di bengkel sepeda motor hingga berjualan susu keliling kampung.

“Saya sadar jika penghasilan orangtua kami pas-pasan. Jika tidak bekerja tentu tidak bisa membantu kedua orangtua. Pekerjaan apapun saya jalani asalkan halal,” katanya

Bahkan katanya lagi, guna memperoleh modal ia juga rela bekerja serabutan. Semua ia lakukan demi mengumpulkan pundi-pundi sebagai modal meskipun pada saat itu yang ia beli hanyalah sebuah komputer bekas. “Awal mendirikan usaha bersama adik, yakni hanyalah seperangkat komputer bekas. Harganya kalo tidak salah sekitar Rp1.750 ribu. Bagi saya, ini semua adalah tantangan bukan hambatan. Saya terus melangkah dan buktikan meskipun semua yang saya lalui terasa berat,” katanya.

 

Komputer yang berhasil dibelinya adalah MD 3000+, dari hasil urunan keluarganya dan gaji saat Arfian bekerja sebagai penjaga malam di PT Pos indonesia. ”Saat itu penghasilan saya sekitar Rp700 ribu. Kemudian ditambahkan dengan sisa uang beasiswa adik saya dan juga dibantu bapak. Dari hasil tersebut saya bisa membeli komputer,” tuturnya

Arfian menuturkan saat kali pertama dirinya menerima orderan. Saat itu, ia mencari di sebuah situs freelance kemudian mendapatkan pesanan pertama mendesain jarum untuk alat ukur di Jerman. Pengusaha tersebut membayar sekitar USD 10 per set. Dan saat itu karena tenaga juga masih sangat terbatas, Arfian mengaku hanya mampu mengerjakan desain sebanyak tiga set jarum saja selama dua minggu. ”Kalo sekarang mungkin 10 menit pun jadi ya. Dulu kan serba terbatas, mau download atau kirim email harus ke warnet dulu. Sementara kami hanya punya modem dengan kecepatan 2 kbps,” kenangnya

Semenjak itu, orderan pun semakin banyak bahkan saat Arfian menolak pesanan, si pemesan bersedia menambahkan sejumlah uang sebesar USD 5. Hal tersebut tentu membuat Arfian merasa diapresiasi dan dimotivasi untuk terus berkembang.

“Sejak itu order terus mengalir tak pernah sepi. Model desain yang dipesan pun makin beragam. Mulai dari desain pesawat penyebar pupuk yang dipesan oleh Amerika Serikat hingga desain kandang sapi yang dirakit tanpa paku yang pernah dipesan oleh orang Selandia Baru.

”Bahkan saya juga pernah diminta desain mobil lama GT40 dengan handling yang sama. Untuk proyek itu, si pemilik sampai harus membongkar komponen mobilnya dan difoto satu-satu untuk kami teliti. Jadi, kami yang menentukan mesin yang harus dibeli, sasisnya model bagaimana dan seterusnya. Hasilnya, kata si pemesan, 95 persen mirip,” jelasnya.

Hingga saat ini, D-Tech sudah menyelesaikan ratusan desain produk. Mulai dari produk kecil seperti gantungan kunci, pulpen, sampai pesawat untuk menyiram hama tanaman. Arfian pun mengatakan jika semua desain yang dibuatnya memiliki cerita tersendiri dan berbeda dari desain-desain yang dimiliki oleh perusahaan lainnya. “Dtech akan terus berproses, belajar, dan berkembang. Kami optimistis dan akan melakukannya,” katanya.

Setelah sukses mengejar mimpi untuk mendunia bersama D’Tech Engineering, ayah satu putri ini pun bermimpi suatu saat, produk-produk yang digunakan di Indonesia adalah hasil karya anak negeri. “Dari Indonesia untuk Indonesia. Didesign oleh anak bangsa, diproduksi di Indonesia, digunakan di Indonesia baru kemudian diekspor keluar negeri dengan brand Indonesia. Bukan sebaliknya seperti sekarang ini, banyak produk dicreate design-nya di Indonesia, dirakit maupun diproduksi di Indonesia, tetapi dijual di Indonesia dengan brand asing, negara lain yang menikmati untungnya,” tegasnya di sela-sela shooting TVC #KejarMimpi CIMB NIAGA.

Arfian merupakan salah satu local heroes dalam program #KejarMimpi yang digagas oleh CIMB Niaga. Program ini dirancang untuk mendorong generasi muda Indonesia, dalam meraih mimpi-mimpi mereka. Para Local Heroes ditampilkan sebagai inspirator. (adv) (ris)  Sumber : https://news.okezone.com/read/2019/11/01/340/2124515/arfian-fuadi-anak-kampung-yang-taklukan-dunia-dengan-d-tech-enginering

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image